Mengatasi Miskin Ide dalam Menulis #1

Sahabat, ini sebuah catatan teman tentang menulis, terutama menciptakan sebuah ide dengan belajar secara sederhana. Catatan yang di tulis oleh Abdee Nugraha ini semoga membantu untuk kita. Terutama untuk memulai belajar dan menumbuhkan minat terhadap menulis. Baik, kita simak pembelajaran di bawah ini:

‘Menulis tidaklah gampang’, itulah inti dari setiap ungkapan orang-orang yang mengalami kesulitan dalam menulis. Sulit mendapatkan ide adalah faktor utama dan faktor awal yang biasanya dialami. Inilah masalah yang paling sering muncul pada setiap penulis. Mereka mengistilahkan dengan miskin ide.

Istilah miskin ide sebenarnya kurang tepat disematkan pada manusia waras. Ide sebenarnya selalu ada, hanya saja nampak begitu kabur dan ketika nampak jelas rasanya sulit sekali diungkapkan apalagi dituliskan.

Ide adalah hal-hal yang terlintas di kepala seseorang sebagai pengembangan kerja panca indra. Ketika membayangkan bakso yang begitu pedas dimakan tengah hari bersama kawan-kawan sambil diselingi canda antarsesama saat makan, maka ide itu bermula dari makan bakso. Ketika mendengar lagu ‘Tikus-tikus Kantor’ karya Iwan Fals, terbesit dalam pikiran bagaimana wujud tikus dan kebiasaan tikus kantor, tikus berdasi, dan lain-lain. Maka, sebenarnya ide kita dimulai dari tikus tersebut. Atau ketika tidak memikirkan apa-apa, nampak di depan mata sebuah gorden digoyangkan angin, maka ide berawal dari gorden dan angin.

Setelah mendapatkan sesuatu dari panca indera, haruslah berpikir untuk akhirnya dapat muncul sebuah ide. Pengembangan itu bebas, tak ada aturan dalam mengembangkan ide. Bisa saja kejadian gorden angin mengakibatkan kita terpikirkan angin puting beliung yang menghabiskan rumah di tiga dusun. Semua warga mati kecuali Aisyah, remaja empat belas tahun yang masih perawan.  Aisyah terpaksa melupakan nafsu birahi yang sejak beberapa malam menghantuinya. Inilah contoh pengembangan paragraf hingga akhirnya tercipta sebuah ide.

Sebelum dikembangkan ide ini dalam bentuk tulisan, kita tentu harus begitu peka terhadap apa yang ada di sekitar kita. Haruslah dulu terbiasa menuliskan apapun yang dihasilkan panca indera. Dalam hal ini, membiasakan menuliskan setiap kata atau nama benda adalah syarat utama. Misal, karpet, kertas sapu, sofa, meja kaca, gelas, layar komputer, dan lain-lain.  Mulailah dari kata-kata.

Untuk mengembangkan penghasilan indera menjadi ide yang terkesan kreatif dan imajinatif memang dibutuhkan berpikir yang luas. Tapi, perlu diketahui bahwa berpikir luas pun bisa dilatih. Bila tadi membiasakan dengan menuliskan kata atau nama benda, kali ini tingkatannya lebih tinggi, yaitu klausa dan kalimat. Biasakan menuliskan apapun yang ada di sekitar atau apapun yang dihasilkan panca indera ke dalam bentuk kalimat. Contoh berdasarkan kata-kata di atas misalkan, ‘Karpet hijau yang sudah dua bulan belum dicuci masih terlihat mantap tegar di kamarku’, atau ‘Gelas yang kupakai minum semalam tiba-tiba raib dari atas meja. Padahal aku yakin sekali menyimpan gelas itu di meja, semalam. Setahuku belum ada satu orang pun yang masuk ke kamar ini, wong aku pun belum keluar!’.

Dengan melatih membiasakan menulis kata, nama benda, kemudian klausa dan kalimat, hingga paragraf, maka menulis sebenarnya tidaklah begitu sulit. Tinggal kita perhatikan hal-hal lain di luar ide.

0 komentar:

Posting Komentar

Masukan Alamat Emailmu Di Sini:

Pengikut