Menyambut bulan bahasa dan ulang tahun KOPI Sastra yang kedua. KOPI Sastra mengundang para penulis puisi yang berdomisili di Bogor untuk ikut memublikasikan karyanya dalam Antologi Pohon Kopi 4: Bahasa adalah Kami.
Kirim puisi beserta informasi lengkap Anda ke antologipohonkopi@kopisastra.co.cc
dengan subjek APK4
Paling lambat 10 Oktober 2010 pukul 23:59 WIB
Info lebih lanjut silakan kunjungi www.kopisastra.co.cc
Syarat dan Ketentuan
Penulis adalah Warga Negara Indonesia yang berdomisili di Bogor, Jawa Barat.
Puisi merupakan karya asli penulis dan bukan saduran.
Puisi bertemakan Pendidikan dan atau Kebahasaan.
Puisi dikirimkan sebagai Attachment dalam format .doc, .docx, .rtf, atau .odt dengan nama file: APK4 diikuti Nama penulis dan judul puisi.
Penulis boleh mengirimkan lebih dari satu puisi.
Penulis tidak mendapatkan royalti, namun berhak mendapatkan satu buku Antologi Pohon Kopi 4
The artist, and particularly the poet, is always an anarchist, and can only listen to the voices that rise up from within his own being, three imperious voices: the voice of Death, with all its presentiments; the voice of Love and the voice of Art. Federico García Lorca (1898 - 1936)
Menulis puisi melibatkan banyak hal yang terkadang cukup kompleks: pengalaman, kedalaman, kejujuran, kecerdasan, dan sedikit kegilaan. Apa yang dikemukakan Lorca dalam kutipan di atas banyak benarnya, karena seorang penyair pada dasarnya selalu seorang anarkis karena ia hanya akan mendengar kuasa suara yang tumbuh dan lahir dalam dalam keberadaannya sendiri: suara Kematian, suara Cinta, dan suara Kesenian.
Naskah cipta puisi merupakan karya sastra padat, terpusat, dengan acuan sedikit bicara banyak makna. Cabang seni sastra ini bagi kebanyakan orang agak rumit dan sulit. Bahasa puisi berbeda dengan bahasa prosa yang memiliki satu arti sesuai dengan yang tersurat. Untuk membaca karya puisi, diperlukan sikap terbuka yang kreatif. Orang tidak dapat serta-merta menangkap makna puisi seperti halnya orang membaca karya prosa. Barangkali, orang bisa langsung menangkap apa yang diceritakan dalam puisi. Namun, untuk memahami isi ceritanya, masih diperlukan renungan dan pembacaan kembali yang lebih cermat. Puisi tidak hanya mempersoalkan arti atau makna, tetapi juga bagaimana arti atau makna itu disampaikan oleh penyairnya. Soal penyampaian ini menyangkut bentuk ungkapan puisi.
Ini dia, sambungan tulisan sebelumnya tentang “PENULIS MELAYU KLASIK, SUMBANGANNYA BAGI SASTRA INDONESIA” oleh Prof. Abdul Hadi W. M.. Memang aga lama untuk memuat ini, sengaja supaya kawan-kawan bias mempelajari postingan sebelumnya. Sekarang jika sudah mengerti tentang postingan yang dimuat sebelumnya, mari kita lanjutkan untuk mempelajari kelanjutannya.
Setelah memohon izin kepada Prof. Abdul Hadi W.M. untuk memuat catatan-catatan beliau melalui pesan via jejaring sosial yang sangat terkenal yaitu Facebook. Akhirnya, kami mendapatkan izin untuk memuat beberapa catatan-catatan beliau yang sangat syarat dengan ilmu dan pengetahuan. Hal ini dilakukan untuk berbagi pengetahuan kepada siapa saja, karena kita membutuhkan itu (ilmu dan pengetahuan).
Di bawah ini kami memuat catatan pertama dari beberapa catatan penting yang mesti kita pelajari. Kami memberi judul “Penulis Melayu Klasik, Sumbangannya Bagi Sastra Indonesia #1”. Ada banyak ilmu pengetahuan di situ. Jadi, jangan sampai terlewatkan untuk membacanya kawan.
Menempuh pendidikan di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada hingga tingkat sarjana muda (1965-1967). lalu melanjutkan ke studi Filsafat Barat di universitas yang sama hingga tingkat doktoral (1968-1971), namun tidak diselesaikannya. Ia beralih ke Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran mengambil program studi antropologi (1971-1973), juga tidak selesai. Akhirnya ia mendapatkan kesempatan studi dan mengambil gelar Doktor dari Universiti Sains Malaysia di Pulau Penang (1996).
Nah, mungkin ini postingan terakhir tentang pembelajaran menulis kali ini. Melanjutkan pembelajaran sebelumnya maka, kami memberi judul “Pembelajaran Menulis Part III”, di dalamnya ada “Ciri-Ciri Tulisan yang Baik dan Langkah-Langkah Menulis”. Sebenarnya masih banyak sekali yang mesti kita pelajari. Jadi, jangan pernah berhenti mencarinya.
Mudah-mudahan bermanfaat dan kami juga segera mendapatkan ilmu atau informasi secepatnya untuk berbagi, terutama tentang dunia tulis-menulis.
Melajutkan postingan tentang menulis yang sebelumnya berjudul “Apa Itu Menulis” maka, kami melanjutkan pembelajaran tentang menulis pada postingan ini. Sebut saja “Pembelajaran Menulis Part II”.
Pada postingan kali ini, kami memuat tentang “Fungsi Menulis, Tujuan Menulis dan Manfaat Menulis”.
Bagi Anda yang ingin tahu, monggo silahken. Hehe
Fungsi Menulis
Menulis memiliki banyak fungsi. Seperti yang diungkapkan oleh D’Angelo dalam Tarigan, (2008),pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena para pelajar akan merasa mudah dan nyaman dalam berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian yang hanya dalam proses menulis yang aktual.
Meskipun sudah banyak situs, blog, dan media yang memuat tentang menulis, tetapi untuk memperdalam dan menambah wawasan tentang menulis bukanlah suatu kesalahan jika terus untuk menggali ilmunya. Oleh karena itu, kami memuat pembelajaran tentang menulis di postingan kali ini.
“Semakin banyak membaca maka, akan lebih banyak ilmu, wawasan, kosa kata, dan manfaat lainnya yang kita terima. Jadi, akan mempermudah langkah kita untuk menciptakan sebuah tulisan.”
Menulis merupakan kegiatan untuk melatih berpikir, berpikir kritis, memudahkan daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, dan dapat membantu menjelaskan ide, gagasan, atau pikiran dalam bentuk lisan.
“Assalamualaikum, apa kabar saudaraku sekalian.......”
Lantunan lagu itu terus berdering pada sebuah telepon genggam. Beberapa kali nada dering itu berputar-putar, rupanya orang yang menghubungi sangat berharap panggilan itu segera terhubung dengan sang pemilik hand phone itu. Tetapi apa yang bisa dilakukan oleh seseorang yang menghubunginya sebab terbatas dengan jarak. Tidak lama berselang suara dering hand phone itu pun berhenti, mungkin seseorang yang menghubungi hand phone itu sudah jengkel dan bosan bahkan habis kesabarannya. Kini suara dering pendek yang berbunyi dari hand phone itu.
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.