Saya masih ingat tentang beberapa materi semasa kuliah lalu, terutama
tentang Evaluasi Pembelajaran. Semasa saya kuliah saya memang tidak
terlalu menyukai mata kuliah tersebut, tetapi saya adalah mahasiswa yang
beruntung kala itu. Kenapa demikian? Saya termasuk mahasiswa yang
biasa-biasa saja, bahkan sering tidak masuk kuliah terutama pada mata
kuliah tersebut. Namun, hasil akhir yang saya dapatkan dari mata kuliah
itu tidak buruk dibandingkan dengan teman-teman saya. Beberapa teman
sekelas saya terutama laki-laki mendapatkan nilai di bawah saya satu
tingkat bahkan ada yang dua tingkat lebih rendah dari saya, tidak perlu
saya sebutkan nilainya. Perhitungannya begini, apabila saya mendapat A
berarti mereka mendapat B atau C, jika saya mendapat B mereka mendapat C
atau D.
Pembelajaran tersebut ialah bagaimana cara atau langkah-langkah untuk
mengakumulasikan nilai akhir siswa dan mengevaluasi hasil belajar dari
proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang dilaksanakan oleh guru.
Alasan saya tidak terlalu menyukai kuliah tersebut karena di dalamnya
banyak rumus-rumus yang mesti dipelajari meskipun masih rumus sederhana
dibanding ilmu statistika. Akan tetapi, ada satu hal yang sangat
berkesan dan juga paling saya ingat hingga kini, yaitu, tentang Hello Effect. Apa itu Hello Effect?....
Hello Effect adalah sebuah istilah yang berhubungan dengan hubungan antarpersonal/individu. Penjelasannya kurang lebih seperti ini, apa bila sebuah instansi melakukan kegiatan dengan menerapkan tahap kompetisi atau seleksi sementara salah satu atau beberapa peserta kegiatan tersebut adalah dari lingkungan keluarga pemilik instansi, maka, kemungkinan besar peserta tersebut akan lolos seleksi. Jadi, sederhananya sering kita dengan dengan istilah 'orang dalam' atau setidaknya mengenal dekat.
Dimulai saat saya mendengar istilah Hello Effect sampai
sekarang memang fenomena itu sering saya temukan, misalnya apabila
kerumunan polisi mengadakan razia, mereka yang kenal dengan salah satu
polisi maka akan sangat mudah bebas meskipun terkadang ada pelanggaran
yang dilakukan. Apalagi para pemilik jabatan sangat disegani oleh
aparat, entah 'hormat', 'takut' atau 'ada udang di balik saku'. Selain
itu, dalam sistem jual-beli juga tidak sedikit yang menerapkannya dengan
memberikan harga lebih murah kepada rekan-rekan mereka dengan alasan
solidaritas. Bahkan di kalangan para penulis juga ada beberapa yang
meminta buku karya penulis lainnya. Itulah segelintir kecil tentang
peranan Hello Efect yang pernah saya temukan, mungkin kawan-kawan sudah menemukan fenomena-fenomena lainnya yang lebih eksklusif.
Hello Effect merupakan sebuah peluang juga jurang bagi
rotasi perjalanan seseorang. Hal yang demikian itu bisa menjadi peluang
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih meminimalisir proses pencapaian
sesuatu, namun mengurangi makna dari proses itu sendiri. Akan menjadi
jurang apabila individu tidak dapat membiasakan dirinya mendapatkan
hasil yang diharapkan dengan proses yang ia lewati, maka, pengetahuan,
pengalaman dan wawasan individu tersebut akan dangkal. Lebih fatal lagi
hal tersebut memunculkan sifat manja dan malas hingga pada akhirnya
menjadi bodoh juga tidak menghargai orang lain yang berada di
sekitarnya.
Pengalaman yang saya rasakan ialah ketika mengikutsertakan beberapa
siswa berprestasi di tempat saya mengajar untuk mengikuti lomba atau event.
Mereka tidak mendapatkan penghargaan dari hasil kerjanya karena tidak
adanya juri yang berasal dari sekolah saya. Sementara bagi mereka yang
gurunya menjadi juri sudah dapat dipastikan penghargaan meskipun apabila
diamati siswa yang diikutsertakannya tidak lebih baik dari siswa lain
yang gurunya tidak berperan dalam susunan kepanitiaan pada acara
tersebut. Hal itu terjadi pada setiap event yang saya ikuti, kecuali
acara yang dibuat secara independent. Ternyata Hello Effect sudah sangat mendominasi prestasi dikalangan pendidikan.
Berdasarkan hemat saya, hal itu sudah sangat mengkhawatirkan bagi
perkembangan pikir dan psikologi para pelajar saat ini. Sementara hal
yang demikian itu membuat beberapa pihak mendapat keuntungan yang bukan
dari hasil kerja kerasnya melainkan karena langkah negatif. Dan akan
sangat mengharukan mereka yang melakukan hal tersebut bangga akan apa
yang mereka raih dan mereka menyebut itu 'prestasi'. Namun, kini muncul
beberapa solusi yang akan segera diterapkan, yaitu, Kurikulum 2013 dan
program pengaduan "Bantu Sekolahku" yang bersifat online . Semoga masih ada lagi solusi yang akan muncul untuk menciptakan pendidikan yang bersih dan jujur.
0 komentar:
Posting Komentar